Selasa, 29 September 2009

MENGEJAR LAYANG-LAYANG PUTUS

Echy masih mondar-mandir kayak setrikaan (setrika uap lagi, soalnya sambil ngomel-ngomel gak jelas gitu),dengan gaya yang diulang-ulang entah berapa kali aku tidak bisa menghitungnya. Lihatlah, gayanya seperti artis sinetron yang lagi nungguin pacarnya yang gak datang-datang. Tangan memencet-mencet HP, lalu menempelkannya di telinga, memencet-mencet HP lagi lalu sambil menghentak-hentakkan kaki keluarlah umpatan-umpatan kecil dari mulutnya.

Beben yang lagi asyik ngobrol soal KPK sama Alvin dan Najma kelihatannya agak terganggu dengan tingkah Echy, aku sih agak terganggu juga tapi masih bisa menikmati "Perahu Kertas"nya Dee yang sedang aku baca. Dan Echy sepertinya lupa, kalau Beben sedang ngomong politik atau bola, itu artinya tidak boleh ada yang mengganggu.

"Kamu nelpon siapa sih, Chi?" tanya Beben sengit.
"Gak tahu nih, si Pramu dari kemaren ditelpon gak diangkat mulu...!" sahut Echy masih mencet-mencet HP sambil menghentak-hentakkan kaki. Padahal ya, tuh kaki pakai sepatu kebanggaan Echy yang haknya segede gambreng, yang kalau nginjek kaki jempolnya bisa jadi segede biji duren. Duuh...kalau si Mimi kucing kesayangan Mama lewat situ bisa keinjek jadi pindang deh...!

"Si Pramuka lagi kemping kali...!" aku menyahut tanpa mengalihkan mata dari novelku, tapi dari sudut mata sempat kulihat Echy yang merengut keki.
"Dia males ngangkat kali, Chi...habis kamu keseringan nelpon kayaknya," kata Alvin, dalam hati aku iyakan.

Seperti yang pernah aku bilang, aku agak khawatir dengan sikap Pramu ketika pertama kali ketemuan sama Echy. Dan apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Selama hampir dua bulan ini Pramu tidak pernah berinisiatif untuk menelepon atau SMS, seringnya Echy yang SMS atau telpon duluan.

Aku sering bilang sama Echy untuk mengambil sikap tarik ulur seperti orang main layangan itu, tapi dia selalu tidak tahan untuk tidak menelepon atau SMS Pramu. Jadi apa yang dibilang Alvin itu mungkin ada benarnya juga, Pramu jadi malas ngangkat telepon dari Echy.

Dan percaya atau tidak, baru dua kali sejak pertemuan pertama itu mereka ketemu lagi. Itu juga karena Echy yang merengek-rengek ngajakin Pramu ketemuan. Aku nggak tahu, Echy jadi nggak sensi gitu karena telanjur tergila-gila sama Pramu atau ia telanjur malu karena sudah proklamasi ke semua orang bahwa Pramu adalah calon suami-atau istilahnya Echy, lelaki yang dikirimkan Tuhan untuknya.

"Pramu lagi meeting kali, Chi...maklum, orang sibuk kan?" kata Najma berusaha menenangkan Echy.
"Masak jam 6 pagi meeting, jam 12 pas istirahat makan juga gak diangkat, sore jam 5 juga, jam satu pagi...apa dia juga masih meeting?" jawab Echy masih dengan gaya nyolotnya, sekarang plus gaya manyun.
"Hah, niat banget sih kamu ngejar si Pramu? Pantes aja dia males ngangkat, kamu nelpon dia kayak orang neror gitu. Trus kamu telponnya cuma nanya lagi di mana, sudah makan atau belum, lagi sibuk nggak, ya kan?" cerca Beben. You damn right, Ben! Aku yang sering jadi saksi bisu usaha Echy menarik perhatian Beben.

Hmm...saksi bisu? Tidak juga sebenarnya, karena aku tidak bosan-bosannya mengingatkan Echy untuk memikirkan segala kemungkinan agar ia tidak kecewa nantinya kalau Pramu ternyata bukan pasangan hidupnya kelak.

"Ya...namanya juga usaha...," kata Echy pasrah.
"Tapi kira-kira dong, Chi usahanya, kalau salah caranya ntar malah jadi bumerang," kata Alvin. Ada nada kasihan dalam ucapannya.
"Emangnya salah ya, kalau aku pengen menunjukkan perhatian ke Pramu?" tanya Echy pelan.
"Enggak salah, sih Chi...cuma kayaknya si Pramu itu tipe lelaki yang lebih suka mengejar dari pada dikejar, jadi ya...kamu kayaknya musti sabar, jangan terlalu menunjukkan kalau kamu ngebet pengen jadi pacar atau istrinya, ntar dia ilfil lagi...," kata Beben panjang lebar. Tumben dia bisa nasehatin orang dengan suara sepelan itu, mungkin merasa kasihan sama Echy juga.

Aku sendiri juga merasa kasihan. Bayangkan, Echy yang sleepaholic bela-belain melek sampai pagi cuma buat nelpon Pramu. Ya, tapi gimana lagi, kalau Pramu memang ada rasa sama Echy, pasti dia ada usaha buat mendapatkan Echy kan?

Tentang "rasa" ini, aku tahu betul bagaimana perasaan Pramu terhadap Echy. Tapi aku harus mencari waktu yang pas untuk mengatakannya. Suatu saat Echy harus tahu bahwa ia tidak perlu buang-buang waktu dan pikiran untuk mendapatkan cinta Pramu, Echy harus sadar bahwa Pramu tidak layak untuk dikejar karena ia tak beda dengan layang-layang putus yang nyangkut di tiang listrik. Echy harus membiarkan "layang-layang" itu berada di sana tak perlu meraihnya lagi atau bahkan menengoknya lagi, biar saja ia robek diterpa angin atau dibawa terbang merpati yang hobi hinggap di tiang listrik. Dan Echy harus tahu itu segera, nggak pake lama...

Aku membuka lagi SMS yang aku terima tepat jam 12 malam, waktu anak-anak Gesamen (biar gak kepanjangan nyebut Geng Sabar Menanti) sudah pulang...

Jika alam memang bisa berbahasa
Aku ingin purnama di atas Kuta ini
Bisa kau baca dari tempatmu berdiri
Aku menuliskan sebait puisi cinta untukmu di sana


Hmm...puisi-puisi cinta yang sering aku terima yang entah kenapa tak mampu membuat hatiku bergetar ketika membacanya. Hanya seperti membaca tulisan : "Dilarang Merokok" di pom bensin atau "Jagalah Kebersihan" di toilet rumah sakit. Tapi aku juga sengaja tak menghapus SMS-SMS itu.

Echy memencet-mencet HP lagi, tidak peduli aku dan anak-anak Gesamen yang memperhatikannya dalam diam.
"Mail box ya?" tanya Najma pelan. Echy mengangguk-angguk tanpa menengok pada kami sedikit pun.
"Dia gak di sini, Chi...lagi di Bali," kataku, juga dengan suara amat pelan.
"Kok tahu?" kata-kataku sanggup membuat Echy mendongakkan kepalanya.

Aku tidak menjawab, hanya mengulurkan HPku yang sudah kubuka Inboxnya. Echy menerima dengan wajah bingung, lalu tanpa berkedip ia membaca deretan SMS di HPku. Sesekali ia mendongak dengan wajah yang mulai memerah.

"Terus aja baca yang di bawahnya," perintahku. Echy kembali menekuri HPku, kami memperhatikan wajah merahnya yang sekarang ditambah matanya yang mulai berair.

Ini pemandangan yang sudah kami duga, dan kami sudah bersiap menghadapinya. Sengaja Alvin kami perintahkan menjemput Echy,karena kami tahu bagaimana cara Echy menyetir dan kami tidak mau mengambil resiko jika membiarkan Echy pulang menyetir sendiri dalam keadaan marah.

Tiba-tiba Echy berdiri, dengan kasar ia mengembalikan HPku. Dadanya terlihat turun naik, seperti menahan sesuatu dalam dirinya yang siap-siap meledak.

"Pantes ya...kamu bilang sama aku untuk bersikap tarik ulur, dan kamu tidak pernah bersikap mendukung aku sedikit pun untuk mendekati Pramu!" kata Echy dengan napas tersengal-sengal. Matanya nanar menatapku.

Aku terperangah, juga Alvin, Najma dan Beben. Tidak menyangka Echy akan bereaksi seperti itu. Bibirku baru saja hendak mengeluarkan kata-kata pembelaan, tapi Echy tidak memberi kesempatan padaku.

"Gak nyangka ya, Lin...kita sudah bersahabat begitu lama. Tega ya kamu...," kata Echy, suaranya melemah tapi air yang keluar dari matanya semakin deras.
"Chi...aku sengaja menyimpan SMS itu untuk kutunjukkan padamu, aku pengen kamu tahu sendiri bahwa Pramu...,"
"Bahwa Pramu lebih memilih kamu dari pada aku? Bahwa kamu memang lebih menarik dari pada aku?" suara Echy kembali meninggi.
"Bukan gitu, Chi...aku tidak mungkin jatuh cinta sama Pramu...," kataku lemah.
"Sekarang mungkin tidak, tapi hanya perempuan bodoh yang menolak pesona seorang Pramu," kata Echy ketus.
"Dan bagaimana kalau aku memilih jadi perempuan bodoh itu?"
"Kamu gak usah pura-pura deh, Lin...tidak usah merasa tidak enak padaku, tidak usah merasa kasihan padaku...!"
"Chi...kamu salah paham...aku tidak...,"
"Sudahlah, Lin...Alvin, aku mau pulang!" Echy bangkit tanpa mengindahkan kata-kataku.
"Chi...," panggilku sambil bangkit untuk berusaha mencegah Echy, tapi tangan Najma menahanku, matanya memberi isyarat agar aku tidak berkata apa-apa lagi. Beben memberi isyarat agar Alvin segera menyusul Echy.

Hening. Najma dan Beben tidak berkomentar, hanya memperhatikan aku yang terduduk lemas dengan air mata yang sengaja tidak kubendung.
"Kok jadi gini sih?" tanyaku,"Kalian percaya sama aku kan? Kalian percaya kan aku gak mungkin jatuh cinta sama Pramu?"

"Iya, percaya...beri Echy sedikit waktu, kalian hanya perlu waktu...," kata Najma.

Aku mengangguk. Najma dan Beben pamit pulang, mereka tahu saat ini aku hanya ingin sendiri, tidak bersama siapa pun, tidak memikirkan apa pun, bahkan tidak ingin bercakap dengan malam seperti yang biasanya aku lakukan.

Aku yakin sahabat-sahabatku akan membantuku melalui ini semua. Aku percaya pada kebijaksanaan Najma, kedewasaan Alvin dan kemampuan Beben untuk membuat masalah berat menjadi terasa ringan (meskipun kata-katanya sering terdengar "nylekit" tapi selalu ada kebenaran dalam kata-katanya).

Saat ini aku hanya ingin tidur. Tidur yang benar-benar tidur.















21 komentar:

Eka Situmorang-Sir mengatakan...

Hmmmm
kisah cintanya makin rumit nih diantara para sahabat satu geng...

Ada salah paham gak jelas.

well cinta dan persahabatan memang indah namun jika cinta itu berputar-putar tanpa pasangan.. miris namanya :)

akhirnya lanjut juga nish si geng ceritanya setelah sekian lama ditunggu ;) hehehe

yoan mengatakan...

wew... repotnya kalo saya yang ada di posisi itu... yg begini ini bisa bikin hubungan persahabatan hancur kalo gak pinter2 ngatasin ya, mbak...

Marshmallow mengatakan...

sebel! musti segitu lama untuk update gesamen, ya? sengaja supaya kita-kita pada kangen trus mati penasaran, ya?

layang-layang putus. hiks. kasian echy dan lin.

DewiFatma mengatakan...

Lanjuuutt....
:)

*dudukmenunggudengantidaksabar*

Yoes Menoez mengatakan...

@ Eka : yah...namanya jg lg dlm masa pencarian, kdng memang hrs berputar2 kan utk menemukannya...tp itulah seninya (emang kl kebnykn muternya bkn pusing sih...!)
Eh...iya nih, lnjt lg akhirnya *tersipumalu*

@ Yoan : emang Yo, nyari temen atau shbt itu mudah, yg sulit adlh memelihara hbngn pertemanan dan persahabatan itu agar tetap langgeng.

@ Marshmallow : hmm...lebay deh...biasa aja dong, Mbak...(tetep senyum-senyum ge-er ada Blogger keren nungguin cerita Gesamen).
Yg kasian layang2nya dong, Mbak, he he...

@ Dewi : huu...enakan yg nungguin dong bs duduk2 smbl blng lanjuut, hi hi...(do'ain ya semangat nlsnya ttp menggebu-gebu)

Zon Saja mengatakan...

akhirnya... welcome back :)
mampir aja, blom baca, hehehehe...

.

Anonim mengatakan...

wekz.....susah emang mbak kalau percintaan dan pertemanan pusarannya di situ-situ juga. pernah mengalami hal serupa, tapi posisinya jadi pengamat saja di lingkaran pertemanan itu.

Yoes Menoez mengatakan...

@ Zons:oke...jngn lp mampir lg ya...(eh, gak ngambeg kan ya? he he...!)

@ Frozy : emang, Froz...yg jd "pengamat" aja pusing ngeliatnya, apalagi yg ngalamin ya...?!

SeNjA mengatakan...

ini kisah nyata bukan mba ? hemm seru juga dan tulisan mba ini enak bgt dibaca loh,gak membosankan bacanya...teruskan mba....

Miranda mengatakan...

Btw ini serius terjadi???

OMG!!!! pasti sangat2 ga enak...moga2 teman mba diberi kebesaran hati...n sapa tau ternyata pramu itu emang jodoh mba...

Cheers

Yoes Menoez mengatakan...

@ Senja : Aiih...ganti nama ya, tp kok msh pake senja sih, kpn mlmnya ya? he he...
Sama dong, gak bosen jg bc puisinya mbak Irma (btw, mkn cantik aja sih...pangling lho aku, tak kira anak SMA manaaa gitu...!)

@ Miranda : Heyyy...ada provokator nih...he he...!
Mmm...tp siapa tau jg jodoh kamu lho, Jeng...gak papa, kita ikhlas kok...! he he..

Pengelana mengatakan...

Wah Selalu Saja Begitu, tantangan berat dlm persahabatan adalah urusan lawan jenis. kalau lelaki tidak begitu mendalam,lain lagi kalau perempuan, menjadi lebih ribet dan menarik hehehehehe.
itulah seni persahabatan.

anna fardiana mengatakan...

halo, baru kali ini nih nyampe ke sini mbak...
baru ngeh ternyata blog ini bercerita tentang jomblowan dan jomblowati toh??

lanjut ceritanya...

Yoes Menoez mengatakan...

@ Pengelana :yg bener Mas, kl urusan lawan jenis lelaki tdk bgt mendalam? Bukannya makin ribet kl lelaki dah kelahi ngerebutin cewek, he he...

Mas Jamal hbs berkelana ke mana kok lama bngt gak up date (kebiasaan jelekku jngn ditiru dong...!)

@ Anna : Hallo...akhirnya "terdampar" ke sini juga, jngn kapok mampir ke Markas Gesamen ya, ntar aku mampir lg deh ke Sweet Home nya Mb Anna...

PRof mengatakan...

Cinta...., keliatan sederhana, namun begtu rumit ketika kita menjalaninya...

ivan kavalera mengatakan...

Lha kok gak pernah lagi update mbak Yoez?

Yoes Menoez mengatakan...

@Prof: Yang rumit itu yang menjadikannya menarik...meskipun bikin pusing tapi asyik...asal gak terlalu complicated sih...

@Ivan: Iya Ivan...ini sedang berusaha menyelesaikan cerita berikutnya yg sudah berbulan-bulan jadi draft mulu...

Ajeng mengatakan...

Itulah 'indah' atau justru ruwetnya cinta ya mbak? Tapi justru 'pelangi' cinta sering kali menggoda ya mbak..

Ayo, segera update..

Yoes Menoez mengatakan...

@Ajeng: Betul, Bu...ada pelangi setelah hujan kan? Jadi pasti ada keindahan dibalik cinta yg penuh kesedihan dan air mata...jd inget wkt nonton "Romance in Stone" di Metro TV: ...dalam setiap kisah ttg tragedi cinta, cinta sejati selalu jd pemenangnya...

poe3 mengatakan...

Wah,..kisah persahabatan yang menjlimet,ya, mbak....

Kalo hubungan percintaan sudah masuk dalam lingkaran persahabatan emang rada2 gimana, gituh...

salam kenal, mbak..

Yoes Menoez mengatakan...

@Poe3: Persahabatan dan cinta memang tidak akan habis jadi bahan cerita, banyak konflik2 yg berawal dari sana...Salam kenal juga ya, Putri...terima kasih sudah berkunjung ke Markas Gesamen, jangan kapok ya...!